Berobat gratis di kampus

Ada banyak fasilitas yang disediakan kampus guna mendukung perkuliahan para mahasiswa. Salah satunya, berobat gratis. Pernah mencoba?
Beberapa universitas memang memiliki kemampuan untuk menjamin kesehatan para mahasiswa. Hal ini dinilai penting, karena jika mahasiswa sakit, perkuliahan terbengkalai, wisuda terlambat, dan akhirnya kekasih minggat. Eh. Penting kan?
Ya memang sekilas bermanfaat. Malahan sangat bermanfaat. Tapi yang namanya ide buatan manusia, toh pasti memiliki lebih dan kurang sendiri sendiri. Ibarat pedang kalau jatuh pada hati yang patah, malah digunakan menutup usia. Kan parah.
Begitu juga dengan fasilitas pengobatan gratis pun pasti memiliki sisi kegelapannya sendiri. Semenjak pengobatan jadi gratis, mahasiswa jadi sangat hobi sakit. Lembur seenak mata, makan seenak perut, tidur seenaknya sendiri. Padahal pengobatan dilakukan sebagai langkah antisipasi jika timbul hal yang tidak diinginkan. Digigit alien, misalnya.
Mirisnya, oknum yang tidak menjaga kesehatan ini mempunyai dalil kuat yang entah dikoordinir oleh siapa, bisa menyebar luas sampai ke sela sela. "Tenang aja, ntar kalo sakit berobat ke poliklinik kok, kan gratis" lha gratis gundulmu. Bayangkan kalau oknum seperti ini meraja lela. Biaya uang kuliah tunggal habis hanya untuk beli obat yang seabrek bnyaknya, terus tiap uas kita harus iuran fotocopy soal sendiri. Mau? Saya sih ogah. Toh apa salahnya menjaga kesehatan. Daripada sakit? Iya kalau ada yang perhatian. Padahal kan oknum ini rata rata masuk jenis manusia sendirian, jadi gak ada untungnya kalian sakit, gak akan ada chat datang bertuliskan "sudah minum obat?" Jadi saran saya ya mending udah lah, pola hidupnya diubah, makan teratur meski gak ada yang ngatur. Hindari lembur cuma buat nunggu ucapan selamat tidur. Mandi yang rajin. Kalau kotor terus bau yang mau sama kamu cuma penyakit. Setan aja maskeran. Stop penyalahgunaan fasilitas. Kan bagus kalau anggaran beli obat dipakai buat beli kipas angin biar gak kepanasan di kelas. Iya gak? Eh tapi kayaknya yang di atas gak peka peka. Yaudah deh, sakit itu berat, kamu gak akan kuat. Apalagi saya? Salam.

4 Comments