Duabelas murid pelatih Drona telah bersiap-siap di lapangan. mereka melakukan pemanasan seperti biasa. Namun pagi itu pelatih Drona nampak gusar. seperti ada yang mengganggu pikirannya. Janaka yang melihat pelatihnya gusar segera menghampiri.
"Pelatih, ada apa gerangan yang mengganggu pikiran pelatih? sepertinya sedang ada masalah,"
"Tidak, Janaka. Aku hanya sedang tidak enak badan. sudah sana bergabung dengan saudara-saudaramu. kalian akan memulai pertandingan."
Janaka segera berlari menuju saudara-saudaranya. Pelatih Drona maju ke tengah lapangan dan berteriak.
"Sekarang saatnya kalian saling coba kemampuan. Puntadewa dan adik-adiknya akan menjadi satu tim. dan kau Duryudhana, pilih empat orang dari adik-adikmu untuk menemanimu menjadi lawan dari tim Puntadewa."
"Dursasana, Bimantara, Dredarada, Krathana, kalian akan bermain bersamaku. Durpradasana dan Dusata, beristirahatlah dahulu. lihatlah bagaimana kami menghancurkan permainan mereka," kata Duryudhana dengan sombongnya.
Pertandingan pun dimulai. Bima menjaga gawang dengan sangat tangguh, sedangkan arjuna berkali - kali merepotkan Dredarada dan Krathana yang bermain sebagai pemain bertahan. Tendangan keras Duryudhana selalu dapat ditepis oleh Bima. Permainan pun berakhir seri 0-0.
"Latihan kali ini cukup sampai sekarang." Drona mengakhiri latihan pagi itu. semua murid bergegas pulang, namun Janaka masih berada di lapangan. Ia sedang membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba Janaka melihat seorang berkulit hitam datang ke lapangan Kuru Stadium dan menghampiri Drona. Janaka masih duduk di tempat beristirahat sambil menguping pembicaraan pelatih Drona dengan orang itu.
"Siapa namamu, nak? apa keperluanmu?"
"namaku, Ekalaya. Aku ingin sekali belajar denganmu, Pelatih. Aku ingin menjadi pemain futsal profesional."
"Kau? kalau begitu masuklah dan berikan aku pertunjukan tentang kemampuanmu,"
Ekalaya lalu masuk dan membawa tiga buah bola. ia menendang ketiganya secara beruntun dan semuanya tepat mengenai mistar gawang. tidak hanya itu, ia juga pandai menjuggling bola menggunakan semua anggota tubuhnya. Janaka yang melihatnya merasa malu. ia merasa sangat lemah.
"Siapa yang mengajarimu nak?"
"Aku tidak berguru kepada siapapun, pelatih. aku melihat latihan yang kau ajarkan kepada mereka setiap hari, dan setiap hari pula aku mengulangi ajaranmu yang kuamati,"
"itu berarti, kau memang sudah menyerap ilmuku. lalu apa maksudmu datang kepadaku?"
"aku ingin kau mengakuiku sebagai muridmu, pelatih,"
"Ekalaya, kau sudah diam-diam mengambil ilmuku, lalu sekarang kau memintaku mengakuimu? aku hanya mengajari mereka yang berani berkata menjadi muridku sejak awal. sebagai balasan atas perbuatanmu, berikan kaki kananmu dan akan kubuat kau hanya mampu menggunakan kaki kirimu, Ekalaya!"
Ekalaya masih terlalu polos untuk ukuran seorang murid. ia merasa telah bersalah kepada pelatih yang sangat dikaguminya itu, dan ia ingin membuktikan baktinya kepada Drona. ia pun berlutut dengan kaki kiri, dan meletakkan kaki kanannya di depan. Drona dengan penuh kekuatan menendang kaki Ekalaya, lalu mengoleskan obat agar lukanya tidak membuat ekalaya lumpuh. Ekalaya segera pergi setelah memberi salam kepada Drona. kakinya nampak normal, namun sebenarnya kaki kanannya tidak lagi berfungsi dengan baik.Janaka tertunduk agak lama. setelah itu ia bergegas pulang.
bersambung ke episode 5
"Pelatih, ada apa gerangan yang mengganggu pikiran pelatih? sepertinya sedang ada masalah,"
"Tidak, Janaka. Aku hanya sedang tidak enak badan. sudah sana bergabung dengan saudara-saudaramu. kalian akan memulai pertandingan."
Janaka segera berlari menuju saudara-saudaranya. Pelatih Drona maju ke tengah lapangan dan berteriak.
"Sekarang saatnya kalian saling coba kemampuan. Puntadewa dan adik-adiknya akan menjadi satu tim. dan kau Duryudhana, pilih empat orang dari adik-adikmu untuk menemanimu menjadi lawan dari tim Puntadewa."
"Dursasana, Bimantara, Dredarada, Krathana, kalian akan bermain bersamaku. Durpradasana dan Dusata, beristirahatlah dahulu. lihatlah bagaimana kami menghancurkan permainan mereka," kata Duryudhana dengan sombongnya.
Pertandingan pun dimulai. Bima menjaga gawang dengan sangat tangguh, sedangkan arjuna berkali - kali merepotkan Dredarada dan Krathana yang bermain sebagai pemain bertahan. Tendangan keras Duryudhana selalu dapat ditepis oleh Bima. Permainan pun berakhir seri 0-0.
"Latihan kali ini cukup sampai sekarang." Drona mengakhiri latihan pagi itu. semua murid bergegas pulang, namun Janaka masih berada di lapangan. Ia sedang membereskan barang-barangnya. Tiba-tiba Janaka melihat seorang berkulit hitam datang ke lapangan Kuru Stadium dan menghampiri Drona. Janaka masih duduk di tempat beristirahat sambil menguping pembicaraan pelatih Drona dengan orang itu.
"Siapa namamu, nak? apa keperluanmu?"
"namaku, Ekalaya. Aku ingin sekali belajar denganmu, Pelatih. Aku ingin menjadi pemain futsal profesional."
"Kau? kalau begitu masuklah dan berikan aku pertunjukan tentang kemampuanmu,"
Ekalaya lalu masuk dan membawa tiga buah bola. ia menendang ketiganya secara beruntun dan semuanya tepat mengenai mistar gawang. tidak hanya itu, ia juga pandai menjuggling bola menggunakan semua anggota tubuhnya. Janaka yang melihatnya merasa malu. ia merasa sangat lemah.
"Siapa yang mengajarimu nak?"
"Aku tidak berguru kepada siapapun, pelatih. aku melihat latihan yang kau ajarkan kepada mereka setiap hari, dan setiap hari pula aku mengulangi ajaranmu yang kuamati,"
"itu berarti, kau memang sudah menyerap ilmuku. lalu apa maksudmu datang kepadaku?"
"aku ingin kau mengakuiku sebagai muridmu, pelatih,"
"Ekalaya, kau sudah diam-diam mengambil ilmuku, lalu sekarang kau memintaku mengakuimu? aku hanya mengajari mereka yang berani berkata menjadi muridku sejak awal. sebagai balasan atas perbuatanmu, berikan kaki kananmu dan akan kubuat kau hanya mampu menggunakan kaki kirimu, Ekalaya!"
Ekalaya masih terlalu polos untuk ukuran seorang murid. ia merasa telah bersalah kepada pelatih yang sangat dikaguminya itu, dan ia ingin membuktikan baktinya kepada Drona. ia pun berlutut dengan kaki kiri, dan meletakkan kaki kanannya di depan. Drona dengan penuh kekuatan menendang kaki Ekalaya, lalu mengoleskan obat agar lukanya tidak membuat ekalaya lumpuh. Ekalaya segera pergi setelah memberi salam kepada Drona. kakinya nampak normal, namun sebenarnya kaki kanannya tidak lagi berfungsi dengan baik.Janaka tertunduk agak lama. setelah itu ia bergegas pulang.
bersambung ke episode 5
Comments