"Bima yang sombong itu pasti akan tidak berdaya," ucap Duryudhana setelah melatih tendangan supernya ditemani dingiinnya malam. Dursasana yang menemani kakaknya itu segera datang dan tersenyum.
"Tidak ada seorang pun yang mampu menahan tendangan kakak tadi. besok pelatih pasti menyuruh kita bermain dua tim lagi, kakak bisa menghantam si gendut itu sepuasnya,"
Pagi pun datang, para murid pelatih Drona sudah menunggu di lapangan Kuru Stadium.
"Kalian akan kubagi menjadi dua tim, seperti kemarin. bermain dua babak, 20 menit setiap babaknya. laksanakan!" teriak pelatih Drona.
"Bima, tetap pada posisimu sebagai kiper. biarkan aku yang jadi lini tengah dan Janaka yang akan di depan. Nakula, Sadewa. aku butuh pergerakanmu di sisi sayap untuk bertahan dan menyerang." Puntadewa memberikan arahan kepada adik-adiknya.
pertandingan pun dimulai dengan bola dari Puntadewa. tendangannya halus dan lembut, namun cepat sekali. Bimantara tanpa berpikir panjang segera menyambar bola tendangan dari Puntadewa dengan tinjunya, namun bola berputar-putar dan melesat ke gawang. Puntadewa cs menang 1-0.
Dursasana mengambil tendangan. Nakula dan sadewa sudah siap di posisi sayap. keras sekali tendangan Dursasana namun Bima mampu menangkapnya dengan satu tangan. ia menggelindingkan bolanya ke arah Nakula. Nakula menggiring bola. Dredarada datang, Nakula mengirim umpan lambung ke kiri. Sadewa menerima bola, namun segera dialihkan ke Puntadewa di tengah, sehingga Krathana tidak memperoleh bola. Puntadewa akan mengambil tendangan langsung, namun dari arah depan Duryudhana berlari kencang hendak menubruk. Puntadewa segera mencukil bola dan menghindai badan Duryudhana. Nakula yang sudah siap di depan menerima umpan dari Puntadewa dan disundul. namun Bimantara dengan sigap menepis bola dan keluar lapangan.
Saling jual beli serangan terjadi, namun hasil masih 1-0 untuk keunggulan Puntadewa cs. di babak kedua, Durpradasana dan Dusata masuk menggantikan dua pemain bertahan Dredarada dan Krathana. bola pertama menjadi milik Duryudhana. Dursasana mengangguk ke arah kakaknya dengan senyuman penuh makna. Duryudhana mengambil tendangan keras, membentur mistar. lalu dengan cepat Duryudhana menyambut bola dan mengeluarkan tendangan supernya. Bima yang masih bengong karna tendangan tadi tidak bersiap-siap menerima tendangan keras dari Duryudhana. Suara dentuman terdengar keras sekali. Bola melesat cepat dan mengenai dada Bima. Bima terjatuh, namun bola melambung ke arah Duryudhana lagi. tanpa melakukan kontrol, tendangan yang sama kembali datang. tiba-tiba sebuah kaki kiri menyambut tendangan Duryudhana dan menendang balik dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Bola mengenai dada Duryudhana dan keluar lapangan. Duryudhana terpental jauh hingga menimpa Dursasana.
"Kuharap kau belajar menghentikan permainan saat pemain lawan terluka, wahai putra Destrarasta!" Drona yang baru saja melepaskan tendangan maha dahsyat itu membentak Duryudhana.
"Apa-apaan pelatih? Bima saja yang tubuhnya lembek. manja. baru terkena tendangan seperti itu saja sudah jatuh begitu."
"Apa kau bilang jelek? sini biar kuhajar hingga mimisan kau," Bima yang sudah bangun balik mengamuk.
"Kalian ini saudara, kenapa masih bertengkar saja, Sudah semuanya bubar. latihan dicukupkan!" Drona segera pergi pulang.
"Lain kali kepalamu yang akan putus karena tendanganku," Duryudhana mengancam Bima.
"Namun sebelum itu, aku harap kau belajar mengoper bola, Duryudhana." Janaka meledek sombong.
"Janaka! sudah ayo kita pulang." Puntadewa dan keempat adiknya bergegas pulang.
"Menangislah kepada ibumu,Putra Pandu!" Duryudhana meledek keras sekali. semua saudaranya tertawa terbahak-bahak. tiba-tiba Bima mengambil bola dan melesakkan tendangan sangat keras. Puntadewa terkejut mendengar suara dentuman yang sangat dahsyat. kekuatannya bahkan hampir menyamai tendangan pelatih Drona. Duryudhana yang berniat menghadapi tendangan Bima malah terpental dan menjatuhkan semua saudaranya. sekujur tubuhnya terasa sakit.
"Lain kali isilah tubuhmu yang bontot itu dengan daging, jangan dengan lemak yang sudah membekukan otakmu," Bima tertawa.
Bersambung ke Episode 9
"Tidak ada seorang pun yang mampu menahan tendangan kakak tadi. besok pelatih pasti menyuruh kita bermain dua tim lagi, kakak bisa menghantam si gendut itu sepuasnya,"
Pagi pun datang, para murid pelatih Drona sudah menunggu di lapangan Kuru Stadium.
"Kalian akan kubagi menjadi dua tim, seperti kemarin. bermain dua babak, 20 menit setiap babaknya. laksanakan!" teriak pelatih Drona.
"Bima, tetap pada posisimu sebagai kiper. biarkan aku yang jadi lini tengah dan Janaka yang akan di depan. Nakula, Sadewa. aku butuh pergerakanmu di sisi sayap untuk bertahan dan menyerang." Puntadewa memberikan arahan kepada adik-adiknya.
pertandingan pun dimulai dengan bola dari Puntadewa. tendangannya halus dan lembut, namun cepat sekali. Bimantara tanpa berpikir panjang segera menyambar bola tendangan dari Puntadewa dengan tinjunya, namun bola berputar-putar dan melesat ke gawang. Puntadewa cs menang 1-0.
Dursasana mengambil tendangan. Nakula dan sadewa sudah siap di posisi sayap. keras sekali tendangan Dursasana namun Bima mampu menangkapnya dengan satu tangan. ia menggelindingkan bolanya ke arah Nakula. Nakula menggiring bola. Dredarada datang, Nakula mengirim umpan lambung ke kiri. Sadewa menerima bola, namun segera dialihkan ke Puntadewa di tengah, sehingga Krathana tidak memperoleh bola. Puntadewa akan mengambil tendangan langsung, namun dari arah depan Duryudhana berlari kencang hendak menubruk. Puntadewa segera mencukil bola dan menghindai badan Duryudhana. Nakula yang sudah siap di depan menerima umpan dari Puntadewa dan disundul. namun Bimantara dengan sigap menepis bola dan keluar lapangan.
Saling jual beli serangan terjadi, namun hasil masih 1-0 untuk keunggulan Puntadewa cs. di babak kedua, Durpradasana dan Dusata masuk menggantikan dua pemain bertahan Dredarada dan Krathana. bola pertama menjadi milik Duryudhana. Dursasana mengangguk ke arah kakaknya dengan senyuman penuh makna. Duryudhana mengambil tendangan keras, membentur mistar. lalu dengan cepat Duryudhana menyambut bola dan mengeluarkan tendangan supernya. Bima yang masih bengong karna tendangan tadi tidak bersiap-siap menerima tendangan keras dari Duryudhana. Suara dentuman terdengar keras sekali. Bola melesat cepat dan mengenai dada Bima. Bima terjatuh, namun bola melambung ke arah Duryudhana lagi. tanpa melakukan kontrol, tendangan yang sama kembali datang. tiba-tiba sebuah kaki kiri menyambut tendangan Duryudhana dan menendang balik dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Bola mengenai dada Duryudhana dan keluar lapangan. Duryudhana terpental jauh hingga menimpa Dursasana.
"Kuharap kau belajar menghentikan permainan saat pemain lawan terluka, wahai putra Destrarasta!" Drona yang baru saja melepaskan tendangan maha dahsyat itu membentak Duryudhana.
"Apa-apaan pelatih? Bima saja yang tubuhnya lembek. manja. baru terkena tendangan seperti itu saja sudah jatuh begitu."
"Apa kau bilang jelek? sini biar kuhajar hingga mimisan kau," Bima yang sudah bangun balik mengamuk.
"Kalian ini saudara, kenapa masih bertengkar saja, Sudah semuanya bubar. latihan dicukupkan!" Drona segera pergi pulang.
"Lain kali kepalamu yang akan putus karena tendanganku," Duryudhana mengancam Bima.
"Namun sebelum itu, aku harap kau belajar mengoper bola, Duryudhana." Janaka meledek sombong.
"Janaka! sudah ayo kita pulang." Puntadewa dan keempat adiknya bergegas pulang.
"Menangislah kepada ibumu,Putra Pandu!" Duryudhana meledek keras sekali. semua saudaranya tertawa terbahak-bahak. tiba-tiba Bima mengambil bola dan melesakkan tendangan sangat keras. Puntadewa terkejut mendengar suara dentuman yang sangat dahsyat. kekuatannya bahkan hampir menyamai tendangan pelatih Drona. Duryudhana yang berniat menghadapi tendangan Bima malah terpental dan menjatuhkan semua saudaranya. sekujur tubuhnya terasa sakit.
"Lain kali isilah tubuhmu yang bontot itu dengan daging, jangan dengan lemak yang sudah membekukan otakmu," Bima tertawa.
Bersambung ke Episode 9
Comments