Kurusetra "Big Match" Episode 5 - Resahnya Janaka

Para putra Pandu telah bersiap-siap akan berangkat. hanya tertinggal Janaka saja yang biasa berdandan begitu lama.
"Bima, coba kau lihat apakah Janaka sudah selesai," kata Puntadewa.
"Sudahlah kak, pesolek itu memang lama kalau bersiap-siap," Bima protes bernada malas.
"Bima anakku, cepat sana turuti perintah kakakmu." tegur Kunti.
"Baiklah ibu, apa saja lah,"
Bima meloncat dari duduknya. Bumi bergetar tidak kuat menahan kekuatan tolakan kaki dari Bima. Putra nomor dua Pandu itu memang bertubuh besar. dia mengintip dari celah pintu kamar Janaka, namun sepertinya kosong. ia pun membuka pelan-pelan pintu kamar Janaka, dan ternyata memang kosong.
"Hei kak Bima! ada apa?" Janaka mengagetkan dari belakang.
"Hei! ada apa!" Bima yang latah terkejut dan ambruk menimpa badan Janaka. Janaka merintih kesakitan.
"Dasar kak Bima ini, sudah tahu aku di belakang, malah ditimpa dengan badannya yang besar," Janaka bergurau ketika tiba di depan saudara-saudaranya.
"Kau yang salah, Janaka. Aku kan datang mencarimu, eh kamu malah mengagetkan dari belakang. kau kan tahu aku latah," Bima membela diri.
"Kalian ini, Janaka, kenapa kau lama sekali?" tanya Puntadewa.
"Aku mencari sisir yang ternyata ada di kamar Nakula dan Sadewa kak,"
"Eh iya maaf kak Janaka, kami lupa mengembalikannya,"kata Sadewa.
setelah berpamitan dengan Kunti, mereka berlima segera berjalan menuju Kuru Stadium. disana, pelatih Drona sudah menunggu, bersama dengan Duryudhana dan keenam saudaranya. Tiba-tiba Janaka dikerubung oleh Duryudhana dan keenam saudaranya di depan toilet.
"Kau penyebab pincangnya Ekalaya," Duryudhana berkata kepada Janaka.
"Lihat ini, pendek!" Bimantara menunjukkan video latihan Ekalaya menggunakan kaki kiri.
"Kau kira kami tidak tahu apa yang terjadi kemarin sore?" Duryudhana menyambung
"Pelatih Drona menolak Ekalaya karena ia takut Ekalaya dapat menandingi kemampuanmu. karena pelatih Drona menginginkan kamulah yang akan menjadi murid terhebatnya, Janaka. oleh karena itu ia mematahkan kaki kanan Ekalaya."
ketujuh bersaudara itupun tertawa, sedangkan Janaka masih terdiam. Janaka lalu berlari dengan air mata yang berlinang, mencoba menghampiri pelatih Drona. tepat sepuluh meter di depan Drona, Janaka berhenti. ia memandangi pelatihnya. tubuhnya tak bergerak. ia pun hanya berdiri terpaku, tak tahu harus berkata atau berbuat apa - apa.

bersambung ke episode 6

Comments