Sepasang gagak menyambut kedatangan 12 anak anak berbakat dengan tampang rupawan. semuanya laki-laki. ya, semuanya laki-laki. 7 anak di antaranya datang bersama sepasang laki-laki dan perempuan, mungkin orang tua mereka. sementara 5 yang lain datang bersama seorang ibu. dia bernama Kunti. mereka berkumpul di lapangan Futsal Kuru Stadium. tidak berselang lama, seorang laki-laki berbadan tegap datang. ialah pelatih Drona.
"Puntadewa!" Teriak pelatih Drona. seorang anak dari lima bersaudara mengangkat tangannya.
"Saya, pelatih. dan ini adalah saudara kandung saya. mereka adalah Bima, Janaka, dan si kembar Nakukla Sadewa." Puntadewa mengenalkan rombongannya.
"Bagus, Puntadewa. Duryudhana!" Pelatih Drona berteriak lagi. kini seorang anak dari tujuh bersaudara maju ke depan membusungkan dadanya.
"Saya, Pelatih. dan ini adalah saudara saudara saya. Dursasana, Dusata, Duspradasana, Krathana, Dredarada dan Bimantara. Kami anak dari Destrarasta."
"Disini, kalian akan kulatih dan kubimbing untuk menjadi pemain futsal yang handal. selama pelatihan, tidak akan ada yang lebih istimewa, ataupun lebih kuistimewakan. ingat itu! sekarang lakukan pemanasan lari mengelilingi lapangan 6 kali! cepat!" Pelatih Drona berteriak lantang. Atap lapangan Futsal menjadi bergetar. para orang tua menunggu sambil bermain PS2 di game center yang disediakan oleh pengelola lapangan.
"Hei, gendut! aku baru tahu bahwa kau bisa berlari! kukira kerjamu hanya makan saja!" Bimantara mengejek Bima yang memang berbadan besar. Bima diam saja. kesabarannya jauh lebih besar dari tubuhnya.
"Hei Bimantara! apa yang kau ucapkan?" Duryudhana menegur adiknya yang berlari sambil sepoyongan.
"Bima ini bukan Gendut, dia hanya terlalu banyak makan nasi, sehingga perutnya seperti bakul! hahaha.." mendengar ejekan Duryudhana, Bima terbawa Emosi. ia berlari kencang mendahului Duryudhana dan berbalik menghadap Duryudhana. Duryudhana yang terkejut tertabrak tubuh Bima yang besar dan terpental jatuh. seluruh saudara Bima tertawa.
"Hei kalian, jangan bercanda! Bima ayo teruskan larimu!" Puntadewa menegur adik-adiknya yang berhenti berlari.
selesai berlari, pelatih Drona melemparkan sebuah bola kepada puntadewa.
"Tunjukkan tendanganmu, muridku." Puntadewa diminta menendang dari titik tengah. ia mengambil ancang-ancang dan melakukan tendangan. tendangannya tidak keras, namun bola berputar sangat indah. bola melaju melengkung ke sudut kanan gawang. sekarang giliran Bima yang menendang. tendangannya tanpa ancang-ancang, namun sangat keras. Janaka diminta menendang. Dia mengambil ancang-ancang lama sekali. ternyata dia sedang berfikir. kemudian janaka menendang lurus ke sudut gawang sebelah kanan. dan giliran menendang untuk Nakula. tanpa disadari, Sadewa mengikut saudara kandungnya.
"Apa yang kau lakukan, Sadewa?" tanya guru Drona.
Sadewa diam saja. mereka berdua mengambil ancanag-ancang bersama-sama. Nakula menendang dengan kaki kanan, sedang sadewa menggunakan kaki kiri. tendangannya bergetar di udara, dan menggetarkan jaring gawang.
"Gool.." teriakan terdengar dari dalam Game Center. itu adalah suara Kunti, yang mengalahkan Ibu Duryudhana, Gandari.
Pelatih Drona memberikan kesempatan selanjutnya kepada Duryudhana dan Saudara-saudaranya. namun Duryudhana mengambil urutan terakhir. dengan senyum kesombongan, Duryudhana melepaskan tembakan dari titik tengah. Sangat keras dan mengarah ke mistar gawang. Buung. terdengar suara keras saat tendangan Duryudhana menghantam mistar gawang dan masuk ke gawang. Duryudhana berjalan sombong ke arah Bima.
"Begitu cara menendang, Gendut!" Bima marah. namun Puntadewa melarangnya terbawa emosi. Duryudhana lalu berjalan meninggalkan Bima, masih dengan senyum kesombongannya. Bima menatapnya dengan perasaan marah.
bersambung ke episode 2
"Puntadewa!" Teriak pelatih Drona. seorang anak dari lima bersaudara mengangkat tangannya.
"Saya, pelatih. dan ini adalah saudara kandung saya. mereka adalah Bima, Janaka, dan si kembar Nakukla Sadewa." Puntadewa mengenalkan rombongannya.
"Bagus, Puntadewa. Duryudhana!" Pelatih Drona berteriak lagi. kini seorang anak dari tujuh bersaudara maju ke depan membusungkan dadanya.
"Saya, Pelatih. dan ini adalah saudara saudara saya. Dursasana, Dusata, Duspradasana, Krathana, Dredarada dan Bimantara. Kami anak dari Destrarasta."
"Disini, kalian akan kulatih dan kubimbing untuk menjadi pemain futsal yang handal. selama pelatihan, tidak akan ada yang lebih istimewa, ataupun lebih kuistimewakan. ingat itu! sekarang lakukan pemanasan lari mengelilingi lapangan 6 kali! cepat!" Pelatih Drona berteriak lantang. Atap lapangan Futsal menjadi bergetar. para orang tua menunggu sambil bermain PS2 di game center yang disediakan oleh pengelola lapangan.
"Hei, gendut! aku baru tahu bahwa kau bisa berlari! kukira kerjamu hanya makan saja!" Bimantara mengejek Bima yang memang berbadan besar. Bima diam saja. kesabarannya jauh lebih besar dari tubuhnya.
"Hei Bimantara! apa yang kau ucapkan?" Duryudhana menegur adiknya yang berlari sambil sepoyongan.
"Bima ini bukan Gendut, dia hanya terlalu banyak makan nasi, sehingga perutnya seperti bakul! hahaha.." mendengar ejekan Duryudhana, Bima terbawa Emosi. ia berlari kencang mendahului Duryudhana dan berbalik menghadap Duryudhana. Duryudhana yang terkejut tertabrak tubuh Bima yang besar dan terpental jatuh. seluruh saudara Bima tertawa.
"Hei kalian, jangan bercanda! Bima ayo teruskan larimu!" Puntadewa menegur adik-adiknya yang berhenti berlari.
selesai berlari, pelatih Drona melemparkan sebuah bola kepada puntadewa.
"Tunjukkan tendanganmu, muridku." Puntadewa diminta menendang dari titik tengah. ia mengambil ancang-ancang dan melakukan tendangan. tendangannya tidak keras, namun bola berputar sangat indah. bola melaju melengkung ke sudut kanan gawang. sekarang giliran Bima yang menendang. tendangannya tanpa ancang-ancang, namun sangat keras. Janaka diminta menendang. Dia mengambil ancang-ancang lama sekali. ternyata dia sedang berfikir. kemudian janaka menendang lurus ke sudut gawang sebelah kanan. dan giliran menendang untuk Nakula. tanpa disadari, Sadewa mengikut saudara kandungnya.
"Apa yang kau lakukan, Sadewa?" tanya guru Drona.
Sadewa diam saja. mereka berdua mengambil ancanag-ancang bersama-sama. Nakula menendang dengan kaki kanan, sedang sadewa menggunakan kaki kiri. tendangannya bergetar di udara, dan menggetarkan jaring gawang.
"Gool.." teriakan terdengar dari dalam Game Center. itu adalah suara Kunti, yang mengalahkan Ibu Duryudhana, Gandari.
Pelatih Drona memberikan kesempatan selanjutnya kepada Duryudhana dan Saudara-saudaranya. namun Duryudhana mengambil urutan terakhir. dengan senyum kesombongan, Duryudhana melepaskan tembakan dari titik tengah. Sangat keras dan mengarah ke mistar gawang. Buung. terdengar suara keras saat tendangan Duryudhana menghantam mistar gawang dan masuk ke gawang. Duryudhana berjalan sombong ke arah Bima.
"Begitu cara menendang, Gendut!" Bima marah. namun Puntadewa melarangnya terbawa emosi. Duryudhana lalu berjalan meninggalkan Bima, masih dengan senyum kesombongannya. Bima menatapnya dengan perasaan marah.
bersambung ke episode 2
Comments