Puntadewa dan adik-adiknya memasuki rumah mereka. Di wajah Bima nampak kekesalan yang teramat sangat kepada Duryudhana. Wajahnya merah membara. Nafasnya memburu, seperti sedang kesurupan. Nakula dan Sadewa, yang memang dasar suka jahil kepada kakak-kakak mereka, segera menggoda Bima.
"Kak Bima kalau sedang marah seperti air yang didihkan dalam panci besar" Nakula berkata dengan tersenyum melirik ke Sadewa. Sadewa yang mengerti maksud saudara kembarnya itu segera menyambung.
"Namun kelembutan hati dari kak Bima, itu mampu menyejukkan semua api di dunia ini Nakula," Bima yang sadar sedang dipermainkan segera memeluk erat kedua adiknya itu.
"Hee, jangan sampai kalian kulumat seperti pikiranku kepada Duryudhana saat ini. Kalian tahu aku sedang emosi malah digoda dan dipermainkan. Sebagai hukumannya, ambilkan aku hamburger di kulkas. aku sudah lapar!" Bima berkata dengan sedikit tertawa.
Begitulah, suasana di keluarga Kunti memang penuh keceriaan. setiap hari selalu ada yang bercanda. Keesokan harinya, dua belas murid pelatih Drona kembali berkumpul di Kuru Stadium.
"Hari ini, kalian akan belajar menggiring bola dengan tepat. disana ada corong-corong yang sudah kususun, tugas kalian adalah menggiring zig zag melewati lima belas corong tersebut."Pelatih Drona menegaskan.
Duryudhana maju terlebih dahulu. ia melenggak lenggok seperti seorang penari yang lincah ketika melewati lima belas corong tersebut. lain Duryudhana, lain Bima. Bima lebih memilih menghantam corong dengan kakinya, karena ia kesal jika harus menggiring zig zag. Bima pun mendapat teguran dari pelatih Drona.
Setelah semua pemain mencoba, pelatih Drona akhirnya mengumumkan peraih waktu tercepat dan gerakan terlincah.
"Muridku! Kalian telah melaksanakan apa yang kuperintahkan! dan hari ini, Janaka, memiliki kecepatan dan kelincahan yang paling tinggi di antara kalian semua. Aku harap prestasi Janaka mampu membangkitkan semangat kalian untuk menjadi lebih baik dan menjadi yang paling baik!" kata pelatih Drona.
duryudhana dan keenam saudaranya terlihat kesal dan geram. Puntadewa dan adik-adiknya lewat di depan mereka, Janaka segera memasang senyum kemenangan, tepat di depan Duryudhana. Duryudhana akan menghantamkan tinjunya kepada Janaka, namun Bima sigap mencengkeram pergelangan tangan Duryudhana.
bersambung ke episode 3
"Kak Bima kalau sedang marah seperti air yang didihkan dalam panci besar" Nakula berkata dengan tersenyum melirik ke Sadewa. Sadewa yang mengerti maksud saudara kembarnya itu segera menyambung.
"Namun kelembutan hati dari kak Bima, itu mampu menyejukkan semua api di dunia ini Nakula," Bima yang sadar sedang dipermainkan segera memeluk erat kedua adiknya itu.
"Hee, jangan sampai kalian kulumat seperti pikiranku kepada Duryudhana saat ini. Kalian tahu aku sedang emosi malah digoda dan dipermainkan. Sebagai hukumannya, ambilkan aku hamburger di kulkas. aku sudah lapar!" Bima berkata dengan sedikit tertawa.
Begitulah, suasana di keluarga Kunti memang penuh keceriaan. setiap hari selalu ada yang bercanda. Keesokan harinya, dua belas murid pelatih Drona kembali berkumpul di Kuru Stadium.
"Hari ini, kalian akan belajar menggiring bola dengan tepat. disana ada corong-corong yang sudah kususun, tugas kalian adalah menggiring zig zag melewati lima belas corong tersebut."Pelatih Drona menegaskan.
Duryudhana maju terlebih dahulu. ia melenggak lenggok seperti seorang penari yang lincah ketika melewati lima belas corong tersebut. lain Duryudhana, lain Bima. Bima lebih memilih menghantam corong dengan kakinya, karena ia kesal jika harus menggiring zig zag. Bima pun mendapat teguran dari pelatih Drona.
Setelah semua pemain mencoba, pelatih Drona akhirnya mengumumkan peraih waktu tercepat dan gerakan terlincah.
"Muridku! Kalian telah melaksanakan apa yang kuperintahkan! dan hari ini, Janaka, memiliki kecepatan dan kelincahan yang paling tinggi di antara kalian semua. Aku harap prestasi Janaka mampu membangkitkan semangat kalian untuk menjadi lebih baik dan menjadi yang paling baik!" kata pelatih Drona.
duryudhana dan keenam saudaranya terlihat kesal dan geram. Puntadewa dan adik-adiknya lewat di depan mereka, Janaka segera memasang senyum kemenangan, tepat di depan Duryudhana. Duryudhana akan menghantamkan tinjunya kepada Janaka, namun Bima sigap mencengkeram pergelangan tangan Duryudhana.
bersambung ke episode 3
Comments