Serba serbi dompet sepi

Ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan mahasiswa perantauan. Khususnya, saat isi dompet tinggal struk sama nota.
Kehabisan uang, bagi mahasiswa memang sudah bukan lagi hal yang tabu untuk diperbincangkan. Mau latar belakangnya kaya, miskin, tua, muda, nganggurg, kerja, pasti akan punya kalimat "duh uang habis." Tidak usah dipungkiri, menjadi mahasiswa perantauan artinya kita sedang bertransisi dari kontrol orang tua menuju sebuah kebebasan yang kita sedang belajar menghadapinya. Jadi tak peduli sebanyak apa uang yang kita terima, suatu saat pasti akan ada momentum dimana kita mencapai titik nol terendah kita.
Kalau sudah seperti ini, kita bisa jadi sangat kreatif menjalani hidup. Atau lebih tepatnya, bertahan hidup. Ketika persediaan uang sudah tipis tipisnya, supermarket penyedia mie instan harga grosir pun jadi serbuan. Stok mie sebanyak mungkin, hingga persediaan sampai kiriman uang yang akan datang. Intinya, harus bisa makan. Peralatan mandi harus dijamin keutuhannya. Bila tidak, kreativitar tinggi pun perlu dikeluarkan. Lipat sekecil kecilnya pasta gigi untuk memaksimalkan isi yang tersisa. Asal masih berbusa, tetap gunakan shampo yang ada meski dicampur air berulang kali. Sabun cair pun pvnya narib yang sama mirisnya.
Ketika uang dalam saku tersisa ratusan, kita jadi lebih jeli dengan celana atau jaket bekas, aapapun yang masih punya kemungkinan menyimpan uang tak terduga kita. Parahnya, hal seperti ini jarang berhasil jika kita sedang butuh butuhnya. Pas uang sudah kecukupan, tiba tiba satu satu uang bermunculan dari saku saku. Kan wagu.
Kita pun jadi lebih sering tidur di kamar. Menunggu saatnya makan lagi daripada kelaparan, mending malas malasan. Miris memang. Bukanya kerja, malah nunggu kayak raja. Raja kok uangnxa gak ada. Kita juga lebih rajin ke ATM. Bukan untuk mengambil uang transferan, cuma ngecek dan dapat pesan "saldo anda tidak bisa diandalkan."
Tapi di saat seperti ini, jangan sampai kita melupakan siapa Tuhan kita. Selalu ingat Dia yang maha kaya, yang memiliki segala rezeki. Tanpa diduga, pertolongan Tuhan datang lewat jalan yang tak dinyana nyana. Lebih sering, pertolonganNya tersalurkan dalam wujud teman sekamar. Saat sedang kere kerenya, kok ya ternyata ada malaikat tak bersayap yang biasanya ngirit, tiba tiba ngajak traktiran. Kan jangan disia siakan. Terkadang juga teman seperti ini rela membagi sebagian uangnya untu kita pinjam sementara. Sungguh sebuah pertolongan yang kita nantikan, bukan?
Alhasil kita pun dengan segala kreativitas, bisa bertahan hidup sampai kiriman berikutnya. Karena pada intinya, dalam kehidupan yang keras ini, kita dituntut untuk memeras otak lebih kuat. Begitulah. Sekian man terima kasih kepada teman teman sekamar saya dan siapapun yang telah membantu keberlangsungan hidup saya, kalian jos. Salam.

Comments