TELAT
Sekumpulan merpati terbang di atas atap rumahku pagi ini. Ya, mungkin
mereka terganggu dengan suara alarm handphoneku yang mengeras seperti
halilintar. Namun bukan itu permasalahannya. Pagi ini aku harus piket
di SMA jam 6 pagi. Seperti kalian tebak, aku terlambat! Pukul 07.30
aku baru menyelesaikan sarapanku. Segera aku berlari ke luar dan
menyambar motor di garasi. Tunggu sebentar.
“Kunci!” aku bergegas berlari ke kamar mengambil kunci motor yang
tertinggal. Astaga! Tidak ada kunci! Dimana? Meja? Lemari? Akh! Seisi
kamarku pecah hanya dalam 10 menit. Aku semakin panik. Guru piket
pasti melaporkan keterlambatanku pada bu Maya, wali kelasku. Akupun
terpaksa berangkat ke sekolah dengan naik angkutan kota. Ibu dan ayah
pasti sudah berangkat kerja, pikirku. Segera kukunci pintu depan dan
berangkat.
“Nurul!” Akh! Itu suara yang kukenal. Bu Risa, guru piket paling
ditakuti semua murid. Perawakannya pendek, lebih pendek beberapa
sentimeter dariku, dan memakai kacamata. Beliau termasuk guru senior
di SMA ini.
“Kamu tahu kesalahan kamu?” Aku hanya menunduk terdiam. Kulihat
jam di tanganku. Mati aku! Tidak terasa ini sudah jam 07.20!
“Iya bu, maafkan saya, tadi saya telat bangun dan kehilangan kunci
motor,” aku mencoba meyakinkan bu Risa, walau sebenarnya juga
mustahil.
“Itu kesalahan kamu, Nurul! Ibu tidak mau tahu. Hari ini kamu
memang harus dihukum. Untungnya, hari ini hanya kamu yang terlambat.”
bu Risa senyum senyum melihatku
“Saya saja bu?” Oh tidak! Bisa malu aku harus membersihkan
halaman ruang guru sendirian.
“karena hanya kamu yang dihukum hari ini, silakan ambil sapu dan
bersihkan teras ruang guru sampai bersih, lalu lapor ke saya,” Huh,
selamat. Aku hanya menyapu bagian teras ruang guru.
“Bu Risa, saya sudah selesai, boleh masuk kelas sekarang bu?”
“Oh, iya. Silakan masuk kelas. Tapi jangan ulangi lagi
keterlambatanmu ini. Sayang kalau harus mengingat kamu ini murid yang
berprestasi di sekolah ini kok terlambat.”
“baik Bu,” aku pun bergegas menuju kelasku. Untunglah kelas
sedang kosong karena pak Anton guru Matematika sedang ke luar kota.
“Tumben baru datang sob,” Toni menegurku dari belakang. Dia
adalah teman baikku dari SMP.
“Iya nih Ton, kunci motorku hilang entah kemana,”
“o, ya udah sana duduk dulu, nanti sepulang sekolah aku bantu
nyari,” Syukurlah ada toni yang mau membantu. Akupun berjalan
melewati Toni menuju tempat dudukku. Tidak usah ditebak, tempat
dudukku memang di sebelah Toni.
“Ehm, Nurul,”
“Ada apa Ton?”
“Coba lihat di tasmu ada apa?”
“AAAA.. Kunci motorku!” Sedih, Senang, Lega, Kecewa, aku benar
benar shock! Bagaimana bisa aku lupa kalau aku tadi malam mengaitkan
gantungan kunci motorku ke resleting tas? Ah! Sudahlah, sudah
terlanjur.
Kamu memang pelupa...
ReplyDeletehahahaha... mungkin kamu korban saya juga... tunggu saja episode 2..
ReplyDelete