Air Mata Luka

puisi ini tercipta
tepat saat deras hujan mengguyurku dengan romantika
airnyta membasahi daun daun yang tulangnya
mengeras menembus jiwaku yang dilema

ranting ranting pohon meniupkan angin
menghembuskan pesan tentang rinduku saat ini
seduh kopi tidak lagi hangat dirasa
sebab jiwa telah buta oleh cinta yang dingin

aku belum lupa
ketika pipimu beradu dengan derasnya air mata
alirannya menyapu luka yang pelan pelan kubaca
di muka telingamu yang kian terluka

aku masih ingat ada bermacam luka
yang kulukiskan padamu sebelum puisi ini kau baca
namun aku coba meminta
sebagaimana hujan ini mengguyur debu di jalan raya

aku hanya ingin debu di hatimu sirna
seiring air matamu melarutkannya tanpa rupa
aku mohon rindumu menyapu segala dosa
dan biarkan aku merasukimu dengan cinta

andai hujan saat puisi ini tercipta
memicu air mata di matamu yang dulu sering kubaca
maka saat ini juga

daun daun yang basah akan berubah warna
ranting ranting membengkak dari awal mulanya
awan akan turun bersama mendung
agar dapat kutulis kata maaf di atas sana

pohon pohon tinggi akan membungkuk
pohon pohon rendah akan terangkat
yang akan kau lihat hanya gerimis air
meneteskan maafku dari langit yang dingin

Februari 2015

Comments